Friday 6 November 2015

Titik Dari Sebuah Harapan

Ketika mereka tidak lagi memiliki sebuah rumah dan harus merelakan kehilangan semua kenangannyapun disana. Kini mereka hanya tinggal di sebuah kontrakan petakan kecil untuk berlindung dari panasnya terik matahari dan dinginnya rintihan hujan. Sungguh kasihan kehidupan mereka, mencoba melanjutkan hidup demi sebuah harapan untuk kehidupan yang lebih baik di masa selanjutnya. 

Mereka sebenarnya telah terdampar jauh tanpa mengetahui arah jalan pulang. Semua harapan mereka hanya tertumpuh pada satu titik, titik yang sangat jauh. Mereka telah kalah dari kehidupan, terpuruk dari kenyataan, kalah oleh mimpi. Mereka bertanya apakah yang bisa mereka perbuat saat ini? Haruskah mereka dendam kepada sang kehidupan? Atau mereka harus ikhlas menerima kenyataan sang kehidupan?

Tidak, mereka masih punya sebuah titik, sebuah titik yang bergerak untuk mengumpulkan titik titik lainnya dan menjadi sebuah kesatuan yang indah. Mereka masih punya harapan, mereka masih bisa bermimpi kembali, mereka masih bisa tersenyum kelak. Tapi apakah titik kecil ini mampu? Mampu membuat sebuah cahaya sinar yang bisa menerangi semuanya?